Modernisasi dan Pembaharuan Pendidikan Versi Muhammadiyah
Penulis : Rizki Dasilva (Ketua Forum Guru Muhammadiyah Aceh)
Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam membangun peradaban. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan juga harus terus beradaptasi dan mengalami modernisasi agar mampu menjawab tantangan globalisasi. Namun, modernisasi pendidikan tidak boleh meninggalkan nilai-nilai dasar yang menjadi pondasi utama, terutama dalam konteks pendidikan Islam. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa modernisasi pendidikan tidak hanya mengedepankan aspek teknologi dan metodologi, tetapi juga tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah.
Modernisasi dan Pembaharuan Pendidikan
Modernisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses perubahan dari keadaan tradisional menuju keadaan yang lebih modern. Dalam konteks pendidikan, modernisasi berarti melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, seperti kurikulum, metode pembelajaran, sistem evaluasi, dan strategi pengajaran. Tujuannya adalah agar pendidikan dapat lebih relevan dengan kebutuhan zaman dan mampu menjawab tantangan globalisasi.
Modernisasi pendidikan sejalan dengan misi Muhammadiyah, yaitu tajdid atau pembaharuan. Tajdid dalam Muhammadiyah bukan berarti menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, melainkan melakukan pembaharuan ke arah yang lebih positif demi kemajuan umat. Dalam konteks pendidikan, tajdid berarti melakukan penyesuaian terhadap kurikulum, metode, dan sistem pendidikan agar lebih sesuai dengan situasi dan kondisi zaman.
Pendidikan masa lalu, meskipun memiliki banyak nilai positif, tentu tidak sepenuhnya relevan dengan kebutuhan pelajar saat ini. Kehidupan yang dialami oleh pelajar saat ini sangat berbeda dengan kehidupan pelajar di masa lalu. Oleh karena itu, pendidikan harus terus diperbarui agar dapat memenuhi kebutuhan pelajar di era globalisasi ini.
Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi
Lahirnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti pesantren dan madrasah, merupakan upaya untuk menjaga nilai-nilai Islam dalam pendidikan. Namun, seringkali pesantren dan madrasah dianggap sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam, sementara sekolah-sekolah umum dianggap sebagai lembaga pendidikan sekuler. Anggapan ini sebenarnya kurang tepat. Bagi saya, seluruh sekolah di Indonesia, terutama sekolah Muhammadiyah, harus memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam semua mata pelajaran. Islam adalah agama yang universal, yang mencakup semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, nilai-nilai Islam harus diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, baik itu IPA, IPS, biologi, kimia, fisika, matematika, maupun pelajaran lainnya.
Anggapan bahwa pelajaran seperti IPA, IPS, biologi, kimia, fisika, dan matematika bukanlah ilmu agama melainkan ilmu umum atau bahkan ilmu kafir, adalah anggapan yang keliru. Anggapan ini muncul akibat pemahaman yang sempit tentang pembaharuan dalam Islam. Padahal, semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu alam maupun ilmu sosial, adalah bagian dari ilmu Allah. Al-Quran sendiri mengajak umat manusia untuk mempelajari alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.
Banyak sekolah atau pesantren yang tidak berkembang karena terlalu terkurung dalam pembahasan dan perdebatan teologi, sementara kurang membahas bagaimana umat Islam dapat maju dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, kebudayaan, dan pertahanan. Padahal, kejayaan peradaban Islam di masa lalu justru terjadi karena umat Islam mampu mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum. Tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Farabi adalah contoh nyata bagaimana ilmu agama dan ilmu umum dapat berjalan beriringan.
Muhammadiyah dan Modernisasi Pendidikan Islam
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran penting dalam modernisasi pendidikan Islam. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam pertama di Indonesia dimulai oleh Muhammadiyah, yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan. Cita-cita utama pendidikan yang digagas oleh Kyai Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Kyai Ahmad Dahlan menyadari bahwa pendidikan Islam tidak boleh hanya terfokus pada ilmu agama, tetapi juga harus mengintegrasikan ilmu umum. Oleh karena itu, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Sekolah-sekolah Muhammadiyah didesain untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga mampu bersaing di dunia modern.
Di SDIT Muhammadiyah Bireuen Aceh, misalnya, saya mengajak seluruh guru untuk memasukkan nilai-nilai Islam, baik dari Al-Quran maupun Sunnah, ke dalam semua mata pelajaran. Hal ini sejalan dengan misi sekolah tersebut, yaitu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan keteguhan iman.
Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Kurikulum
Integrasi nilai-nilai Islam dalam kurikulum pendidikan adalah salah satu kunci utama dalam modernisasi pendidikan Islam. Nilai-nilai Islam tidak hanya diajarkan dalam mata pelajaran agama, tetapi juga diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran IPA, siswa dapat diajarkan tentang kebesaran Allah melalui penciptaan alam semesta. Dalam pelajaran IPS, siswa dapat diajarkan tentang pentingnya keadilan sosial dan kepedulian terhadap sesama, yang merupakan nilai-nilai Islam.
Integrasi nilai-nilai Islam dalam kurikulum juga dapat dilakukan melalui metode pembelajaran yang inovatif. Misalnya, penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan nilai-nilai Islam. Dalam era digital seperti sekarang, guru dapat menggunakan media sosial, video, atau aplikasi pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran yang disertai dengan nilai-nilai Islam.
Tantangan terbesar dalam modernisasi pendidikan Islam adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara modernisasi dan nilai-nilai Islam. Modernisasi pendidikan tidak boleh mengorbankan nilai-nilai Islam, tetapi juga tidak boleh menolak perubahan yang diperlukan untuk menjawab tantangan globalisasi.
Harapannya, sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat menjadi contoh dalam modernisasi pendidikan Islam. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam semua mata pelajaran, sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan keteguhan iman.
Modernisasi pendidikan Islam adalah suatu keharusan dalam menjawab tantangan globalisasi. Namun, modernisasi pendidikan tidak boleh meninggalkan nilai-nilai Islam. Integrasi nilai-nilai Islam dalam kurikulum pendidikan adalah salah satu kunci utama dalam modernisasi pendidikan Islam. Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki peran penting dalam modernisasi pendidikan Islam. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam semua mata pelajaran, sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan keteguhan iman.
Semoga cita-cita Kyai Ahmad Dahlan untuk menciptakan generasi “ulama-intelek” atau “intelek-ulama” dapat terus hidup di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dengan demikian, pendidikan Islam dapat terus berkembang dan mampu menjawab tantangan globalisasi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam yang menjadi pondasi utama.
Post a Comment for "Modernisasi dan Pembaharuan Pendidikan Versi Muhammadiyah"